Selasa, 14 Mei 2013

Konspirasi Pendaratan di Bulan

Konspirasi Pendaratan di Bulan


Pada tahun 1974, seseorang bernama Bill Kaysing menerbitkan sebuah buku berjudul We Never Went to the Moon : America's Thirty Billion Dollar Swindle. Isinya mengatakan bahwa Amerika telah memalsukan pendaratan di bulan. Hasil investigasinya didasarkan pada kejanggalan yang ada pada rekaman dan foto-foto yang dirilis oleh NASA. Sejak itu, teori konspirasi pendaratan bulan lahir. Beberapa buku ditulis setelah buku Kaysing, mengusulkan ide yang sama. Setelah itu buku-buku atau situs yang membela pendaratan di bulan juga bermunculan. Namun, pembelaan itu tidak pernah dibahas sebanyak teori konspirasi. Konon untuk mencapai bulan, para astronot harus melintasi sabuk radiasi Van Allen yang hampir tidak mungkin dilakukan.

Sabuk itu terdiri dari partikel dan radiasi kosmik yang tertangkap oleh medan magnetik bumi.
Menurut para pendukung teori konspirasi, tidak akan mungkin melintasi sabuk radiasi itu. Namun data menunjukkan lain. NASA telah memperhitungkan semuanya sebelum menerbangkan manusia ke bulan. Mereka menginvestasikan waktu dan uang yang tidak sedikit untuk meneliti risiko ini. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa radiasi itu hanya membawa risiko minimal. Butuh waktu sekitar satu jam bagi Apollo untuk melewati sabuk radiasi itu. Total dosis radiasi yang diterima para astronot akibat radiasi itu ternyata hanya 1 rem. Seseorang dapat mengalami sakit apabila mendapat dosis 100-200 rem dan kematian pada dosis di atas 300 rem.

Pada foto-foto pendaratan di bulan, tidak terlihat adanya bintang-bintang di langit yang menunjukkan bahwa foto tersebut palsu.


Ini dikarenakan para astronot tidak ke bulan untuk mengambil foto bintang-bintang. Karena itu kamera disetel dengan eksposure yang pendek untuk menghindari gambar-gambar yang over ekspose. Permukaan bulan yang terang juga mengharuskan kamera disetel seperti itu. Dengan setelan seperti itu, bintang-bintang tidak akan dapat tertangkap kamera dan permukaan bulan akan tertangkap dengan jelas. Pada beberapa foto pendaratan di bulan menunjukkan arah bayangan yang tidak seragam. Ini menunjukkan adanya lebih dari satu sumber pencahayaan seperti di sebuah studio. Sebab, matahari adalah satu-satunya sumber cahaya di bulan. Seperti beberapa foto yang menunjukkan bayangan batu dan wahana Lunar Lander mengarah ke arah yang berbeda.

Hal ini dikarenakan bahwa permukaan bulan ditutupi oleh kawah, batu-batuan dan gundukan-gundukan, bukan permukaan yang rata. Karena itu cahaya yang menyentuh permukaan yang tidak rata itu akan terlihat membelok ke segala arah, tergantung kondisi permukaannya. Jika permukaannya naik, maka bayangan akan terlihat lebih pendek, jika permukaannya menurun, maka bayangannya akan memanjang. Jika kita memotretnya dari arah atas, tegak lurus, maka bayangannya akan terlihat mengarah ke arah yang sama. Namun karena foto diambil bukan dari atas, maka bayangannya akan terlihat menuju ke arah yang berbeda-beda. Mengenai berat dan gravitasi, memang berat di bulan akan menjadi 1/6 berat di bumi. Tapi kita tahu bahwa massa selalu sama dimanapun di seluruh jagad (Rumus Newton, weight = mass x gravity). 
Jikalau NASA memalsukannya dengan membuat rekaman di studio yang memiliki lebih dari satu sumber cahaya (lampu studio), maka bayangan satu objek akan muncul lebih dari satu.

Kawah yang diakibatkan oleh Wahana NASA, Lunar Lander dapat mengeluarkan tenaga hingga 10.000 pound pada saat pendaratan dan keberangkatan. Namun, tidak ada kawah yang tercipta di bulan. Padahal tenaga sebesar itu akan cukup untuk membuat sebuah lubang, seperti helikopter yang mendarat di padang pasir.



Hal ini terjadi karena Aktifitas Lunar Lander kebanyakan terjadi sebelum pendaratan di bulan. Ribuan kaki di atas permukaan bulan, Lunar Lander mengurangi kekuatan semburannya hingga hanya tinggal 3.000 pounds. Kekuatannya dikurangkan lagi ketika tinggal beberapa kaki di atas permukaan bulan. Jadi kawah tidak mungkin terbentuk di permukaan bulan. Lagipula permukaan bulan bukan hanya terdiri dari debu saja, melainkan materi-materi keras yang disebut Lunar Regolith. Jadi tentu saja tidak akan ada kawah yang terbentuk.


Terdapat argumen-argumen lain yang mendukung kebenaran pendaratan di bulan. Misalnya, NASA tidak hanya sekali mengirimkan manusia ke bulan. NASA mengirim Apollo 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 menuju bulan. Apollo 13 gagal mendarat namun berhasil pulang dengan selamat. Apabila NASA memalsukan pendaratan Apollo 11, mengapa mereka harus mengirim misi lagi hingga Apollo 17. Padahal setelah Apollo 11, ketertarikan manusia terhadap bulan sudah berkurang jauh. Banyak orang yang percaya teori hoax bulan mengatakan mengapa setelah Neil Armstrong tidak ada lagi pendaratan ke bulan. Ini adalah pernyataan yang menyesatkan. Sesungguhnya Total astronot yang mendarat dan berjalan kaki di bulan ada 12 astronot (2 astronot untuk masing-masing Apollo). Setelah 1972 tidak ada lagi misi ke bulan karena Amerika mengalami beberapa kali resesi yang menyebabkan anggaran NASA dipotong oleh pemerintah Amerika.
Selain itu, para astronot membawa sampel batu bulan seberat 382 kilogram dengan lebih dari 2.000 sampel yang terpisah. Sampel-sampel itu saat ini diteliti oleh para ilmuwan diseluruh dunia. Adalah mustahil NASA mampu membuat batu bulan tiruan mengingat batu bulan memiliki karakteristik unik dimana ia terbentuk di lingkungan tanpa oksigen. Hingga saat ini, hanya ada 25 sampel meteorit bulan yang dimiliki (diluar 382 kg sampel yang dibawa pulang astronot). Dan batu tersebut telah dibandingkan dan ternyata memiliki karakteristik yang sama.
Pada saat peluncuran misi Apollo 11, ada sekitar 3.500 wartawan dari seluruh dunia di Kennedy Space Center yang mengikuti proses peluncuran hingga pendaratan di bulan hingga kembali ke bumi. Selain itu, lebih dari 400.000 karyawan bekerja pada proyek Apollo 11 hampir 10 tahun.

Sumber: http://teokonspirasi.blogspot.com/2012/07/konspirasi-pendaratan-di-bulan.html

0 komentar:

Posting Komentar