Minggu, 17 Maret 2013

Hamid Fahmi Zarkasyi : Konflik Suriah Itu Perang Sunni Versus Syi'ah














SOLO (voa-islam.com) –Direktur Institut for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi  mengatakan, konflik yang terjadi di Suriah bukanlah peperangan untuk memperebutkan sebuah wilayah atau minyak. Bukan pula konflik antara pemerintah melawan rakyat. Peperangan di Suriah adalah perang ideologi, antara Sunni dan Syiah.
“Di Suriah, terjadi pertempuran antara Sunni dan Syi’ah. Disana itu telah terjadi pembantaian yang dilakukan oleh Rezim Bashar Assad terhadap Muslim Sunni. Bashar itu Syi’ah Nushoiriyyah, lebih sesat dan kafir daripada Syi’ah (yang aslinya -red),” tegasnya.
Menurut Gus Hamid – sapaan akrabnya- apa yang dilakukan pemerintah Iran di Suriah dengan merupakan bentuk pembelaanya kepada sesama kalangan berfaham Syi’ah dan mengamankan kepentingannya di Suriah. Lebih dari itu, pemerintah Iran secara tegas  mendukung rezim Syi’ah Bashar Assad yang meneror dan membantai umat Islam Sunni di Suriah dengan mengirimkan bantuan senjata dan tentaranya untuk mengamankan pemerintahan Bashar.
“Di Suriah inikan pimpinannya Syi’ah. Sebenarnya yang terjadi di Suriah adalah, Bashar dengan  Syi’ahnya berhadapan dengan rakyatnya yang mayoritas sunni. Dan orang-orang Hizbullah (Libanon -red) itu dan pemerintah Iran diam-diam membantu Bashar. Dan tidak hanya Syi’ah di Libanon dan Iran, Syi’ah dimana-mana sekarang juga turun membantu pemerintah Bashar,” jelasnya.
Sangat disayangkan, banyak masyarakat awam, khususnya umat Islam di Indonesia, bahkan dunia menganggap negara Iran yang mayoritas berfaham Syi’ah disebut sebagai “pahlawan”. Anggapan tersebut tak lain karena sikap pemerintah Iran yang terlihat begitu “garang” dalam menentang setiap kebijakan-kebijakan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap dunia muslim.
Dan yang “membutakan” mata umat islam Indonesia dan masyarakat dunia muslim tentang siapa sejatinya pemerintah Iran yang kelihatannya membela kaum muslimin di Palestina setiap kali bumi Al Quds diserang oleh Zionis Israel. Bahkan dengan bantuan media massanya, Iran menggembar gemborkan akan menyerang dan siap bertempur dengan AS.
Namun disaat yang bersamaan, ketika rakyat Suri’ah yang mayoritas berfaham ahlu sunah atau Sunni, diteror, disiksa, diperkosa para wanitanya, dibantai anak-anak dan para orang tuanya oleh penguasa rezim Syi’ah Alawit Nushoiriyyah Bashar Al-Assad, pemerintah Iran diam seribu bahasa. Bahkan sebaliknya, Iran menuduh AS dan para pejuang Suri’ah yang menyebabkan terjadinya kekacauan di salah satu bumi Syam tersebut.
Ketua Majelis Ulama dan Intelektual Muda Indonesia (MIUMI) itu juga menilai pembelaan pemerintah Iran terhadap Palestina hanya permainan politik, retorika semata, sandiwara dan “gertak sambal” terhadap AS. “Itu hanya retorika dan politik semata. Selama ini tidak ada bantuan untuk rakyat Palestine. Yang sangat membantu Palestine itu adalah Jordan dan Saudi serta negara-negara Islam lainnya.  [Bekti]
Sumber: http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/03/16/23612/hamid-fahmi-zarkasyi-konflik-suriah-itu-perang-sunni-versus-syiah/

Astaghfirullah, Ansyaad Mbai Tuding Buku Jihad Menginspirasi Terorisme

JAKARTA (voa-islam.com) - Kapala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Ansyaad Mbai menuding pelaku perampokan Tambora, Jakbar, terkait dengan jaringan teroris.
Bahkan ia berani menyebut bagian dari kelompok Abu Umar yang berperan. Anehnya Ansyaad sendiri mengakui bahwa Abu Umar telah berada di balik jeruji besi sejak dua tahun lalu. “Dia kelompoknya Abu Umar, yang sudah dua tahun lalu masuk penjara," kata Kepala BNPT, Ansyaad Mbai, Sabtu (16/3/2013).
Tak hanya itu, Ansyaad juga kembali menstigmatisasi buku-buku jihad, padahal jihad merupakan bagian dari ajaran syariat Islam yang tak bisa dipisahkan.
"Pimpinan teroris ini, terus menyerukan untuk berjihad dan memusuhi pemerintah, menyebarkan kebencian untuk pemerintah," kata Ansyad saat berbincang.
Ansyaad mengatakan seruan jihad itu disebarkan melalui buku-buku yang ditulis di dalam penjara.
"Dalam penjara pun mereka ini terus bikin buku," ujarnya. [Widad/dtk, kps]

Sumber:http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/03/17/23619/astaghfirullah-ansyaad-mbai-tuding-buku-jihad-menginspirasi-terorisme/

KRITISI PEMBICARA, 2 MAHASISWA INDONESIA DI USIR DARI GEREJA DI AMERIKA

Dua pelajar Muslim peserta pertukaran pelajar di Perham, Minnesota, Amerika Serikat mengaku diusir dari gereja, setelah mereka mempertanyakan pembicara tamu yang mengatakan “Islam sama dengan terorisme,” lapor situs Wday.com Selasa (5/3/2013).

Dua pemuda itu, Fikri Rahmat dari Indonesia dan Elshan Mirzazade asal Azerbaijan yang tinggal dengan keluarga Mary Anderson tertarik untuk menghadiri forum publik Assembly of God setelah mendengar Walid Shoebat menjadi pembicara dalam acara tersebut.


Di Amerika Serikat, Walid Shoebat dikenal luas sebagai mantan Muslim yang murtad menjadi pemeluk Kristen, mengaku sebagai mantan teroris yang kemudian menjadi pakar anti-terorisme dan kerap menjelek-jelekkan Islam. Dia pernah berkata, “Al-Qur`an adalah hasil korupsi dari Bibel.”

Kedua pelajar berusia belasan tahun itu diusir keluar dari Gereja Assembly of God di Perham, saat sesi tanya jawab dengan Walid Shoebat sebagai pembicara.

“Kami tidak bermaksud untuk beradu argumentasi dengannya, tetapi kami ingin mengatakan kepada orang-orang bahwa apa yang dikatakannya salah,” kata Elshan, kepada stasiun televisi lokal WDay yang mewawancarainya.

“Saya menyimpulkan dalam pikiran saya bahwa dia menjadi marah karena mungkin dia takut akan kebenaran. Salah seorang temannya mendatangi kami dan berkata, 'keluar, keluar' dengan kasar kepada kami,” cerita Fikri.

Elshan menambahkan, “Mereka menggiring kami keluar dan menyuruh kami pergi dan kami berkata, 'OK, OK'. Maka ketika kami pergi, saya berteriak, 'Cara bagus untuk mempromosikan perdamaian, bravo, bravo'.”

Pihak gereja berdalih, kedua remaja itu disuruh pergi saat emosi sudah memuncak.

“Tidak ada yang diusir keluar karena mereka Muslim,” kata Dirk Currier, pastor Assembly of God.

“Dialog itu bukan dialog. [Dialog] Itu berubah menjadi semacam lomba teriak,” kata Currier.

Mary Anderson yang menjadi ibu asuh kedua pemuda Muslim tersebut mengaku kecewa.

“Saya pikir saya mengirim kedua anak itu ke rumah kasih sayang, dan saya kecewa sebab justru kebencian yang diajarkan di sana,” katanya.

Kedua pemuda itu lantas mencari tahu lebih banyak tentang Shoebat. Ternyata kredibilitas pembicara tamu yang disebut-sebut sebagai pakar anti-terorisme yang diundang Gereja Assembly of God itu diragukan.

Menurut WDay, stasiun televisi CNN dan media lainnya pernah mencari tahu kebenaran klaim Shoebat, yang mengaku Homeland Security --lembaga kemanan dalam negeri AS-- pernah memberikannya dana untuk berbicara keliling Amerika guna mengkampanyekan anti-terorisme. Pengakuan Shoebat pernah menjadi anggota Organisasi Pembebasan Palestina PLO juga dipertanyakan kebenarannya. Sementara keluarga dan temannya mengatakan, pengakuan-pengakuan palsu itu dikarang Shoebat untuk keuntungan pribadinya sendiri.

Menyusul laporan WDay mengenai dua pemuda Muslim yang diusir gereja ini, pihak stasiun televisi itu mengaku dihubungi organisasi Muslim terbesar dan disegani di Amerika, Council on American Islamic Relations (CAIR) yang berbasis di Washington DC.*




Sumber Resmi situs Wday.com

Sumber: http://www.facebook.com/pages/ISLAM-Bersatu-Muallaf-Berseru/246241695508429?ref=stream