Selasa, 08 Oktober 2013

Biografi Imam Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah


Siapa yang tidak mengenal ulama yang dilahirkan pada tahun 691 Hijriyah ini, dengan karangan buku yang begitu popular dan  menakjubkan para pembacanya, sebut saja kitab “Ruh” salah satu karangannya yang sangat banyak dibeli dan dibaca para penuntut ilmu. Dan masih banyak lagi karangan-karangannya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Dia adalah imam Hafidz Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah. Disini penulis akan menjelaskan secara ringkas kehidupan sang imam, mulai dari lahirnya kedunia, hingga wafatnya.

A.    Nama, Kelahiran dan Pendidikannya
Beliau adalah imam Hafidz Abu Abdillah Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa’du bin Haris Az-Zur’i. Kuniyahnya adalah Abu Abdullah sedangkan Laqobnya adalah Syamsuddin. Beliau lebih dikenal oleh para ulama dengan panggilan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Beliau dilahirkan dalam sebuah keluarga yang mulia dan berpengetahuan dalam ilmu syar’I pada tanggal 7 Shafar tahun 691 Hijriyah di desa Zar, Damaskus, Suriyah.

Sejak usia 6 tahun beliau sudah memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dari ayahnya. Ayahnya, Syekh Syarifuddin bin Abu Bakar adalah seorang di sekolah Al-Jauziyah, sekolah yang bermazhab Hanbali di Damaskus. Beliau seorang yang faqih, berpengetahuan luas dan zuhud, Ibnu Al-Qayyim mempunyai saudara laki-laki yang bernama Zainuddin Abu Al-Farj Abdurrahman bin Abi Bakar, Syaikh Ibnu Rajab Hanbali, beliau wafat tahun 796 Hijriyah.

Muridnya, Ibnu Rajab Hanbali dalam bukunya Dzail A’la Tahabaqat hanabilah (4/448) berkata: “Dia memiliki cinta yang kuat terhadap ilmu pengetahuan, buku-buku, ahli tafsir, ushuluddin, dan ahli hadits beserta maknanya dan juga ahli fiqih dan ushul fiqih.” Ibnu Katsir dalam bukunya  Bidayah wa an-nihayah (14/235) juga berkata: “Dia memperoleh berbagai disiplin ilmu yang tidak didapatkan oleh orang lain, dan dia mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap buku-buku salaf dan khalaf.”

B.    Guru dan Murid-muridnya
Dia antara guru-guru Ibnu Al-Qayyim adalah Abu Bakar bin Abdu Ad-Da’im, Ibnu Siraj, Fatimah binti Jauhar dan Qadhi Taqiuddin Sulaiman. Dan yang palin lama beliau menuntut ilmu adalah kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu selama enam belas tahun. Ibnu Katsir berkata dalam bukunya Al-Bidayah Wa An-Nihayah : “Ia mencapai kemahiran dalam berbagai ilmu pengetahuan, Khususnya pengetahuan tentang tafsir, hadits dan ushul fiqih,”

Ketika Ibnu Taymiyah kembali dari Mesir ke Damaskus pada tahun 729 Hijriyah beliau tinggal bersama Ibnu Taimiyah sampai beliau wafat, sehingga beliau menjadi salah satu cendikiawan yang sangat disegani pada masanya. Di antara murid-muridnya adalah Ibnu Rajab Hambali (Penulis Thabaqat Hanbali), Ibnu Abdul Qadir Anna Balsi, Ibnu Katsir dan Ibnu Abdul Hadi Hanbali. Masih banyak lagi murid-murid beliau yang tidak bisa diesbutkan satu-persatu disini.

C.    Buku Karangannya
Sudah tak terhitung lagi, begitu banyaknya karangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Kita sebagai penuntut ilmu sudah barang tentu harus mengetahui sebahagian karangan beliau yang paling terkenal, salah satunya adalah kitab “Ruh” yang membicarakan tentang keadaan ruh manusia yang sudah mati. Apakah ruh manusia itu mati atau hanya meninggalkan badan jasa? Tentu saja persoalan-persoalan tentang ruh manusia yang sudah mati sangat banyak, dan itu semuanya dijawab di dalam kitab  Ruh  tersebut. Karangan-karangan beliau lainnya yang cukup masyhur adalah: Hadi arwah ila al-badan al-afrah, Ad-da’ wa ad-dawa’, Hukmu Tariki As-shalah, Al-kalam At-thayyibwa al-amal as-shalih,  dan masih banyak lagi karangan beliau yang lain.

D.    Ketaatan dan Ibadahnya
Banyak dari murid-murid beliau yang semasa dengannya mengatakan bahwa beliau adalah orang yang sangat baik dan orang yang ber Akhlaq al-karimah. Ibnu Rajab berkata: “ Beliau selalu konsisten dalam beribadah dan melaksanakan shalat Tahajjud  di sepertiga malam dan memperpanjang shalatnya hingga waktu subuh hamper tiba. Beliau selalu dalam keadaan berdzikir kepada Allah dan memiliki cinta yang sangat kuat untuk selalu bertaubat dan merendahkan diri kepada Allah SWT. Sesungguhnya aku belum pernah melihat orang-orang seperti beliau”.

Ibnu Katsir juga berkata: “Beliau adalah orang yang rendah hati dan selalu berseru memohon ampun kepada tuhannya, sopan dan santun kepada sesama, berbudi luhur dan menyayangi sesama muslim sehingga tidak terbersit sedikitpun di dalam hatinya untuk mencari-cari kesalahan mereka. Aku adalah salah seorang yang paling sering bersama-sama dengan beliau dan merupakan salah-satu orang yang paling dicintainya. Shalatnya sangat panjang dalam ruku’ dan sujudnya, sehingga para sahabatnya banyak mengkritiknya, tapi beliau tidak pernah untuk membalasnya kembali”
E.    Komentar Para Ulama Tentag Beliau
Ibnu Hajar berkata dalam bukunya: “ Beliau mempunyai semangat yang sangat berani serta pengetahuan yang luas dan komprehensif. Beliau mempunyai pengetahuan yang dalam tentang perbedaan pendapat ulama salap.”
Ibnu Nashiruddin Ad-Damsiqi berkata tentang beliau: “ Beliau mempunyai pengetahuan islam yang sangat banyak, khususnya tentang tafsir dan ushuluddin”. Imam Suyuti berkata: “Buku-bukunya tidak sama seperti yang lain, dan beliau berusaha menuntut ilmu pada imam-imam besar dalam bidang tafsir, hadits, usul furu’ dan bahasa arab”.

F.    Wafatnya
Imam Ibnu Al-Qayyim meninggal pada hari kamis tanggal 13 rajab tahun 751 hijriyah dalam usia 60 tahun. Beliau dimakamkan di Damaskus.
Itulah sedikit profil tentang Imam Ibnu Al-qayyim Al-Jauziyah semoga bermanfaat, dan bisa kita jadikan tauladan tentang pentingnya menjadi orang berilmu, dan betapa pentingnya mencari dan menuntut ilmu. Wallahu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar