Rabu, 27 Maret 2013

Hukum Membaca Al- Quran diatas Kubur, apakah pahalanya sampai kepada si Mayit?

Bismillahirrahmanirrahim…
Kalau kita lihat belakangan ini banyak sekali hal – hal furu’iyah dalam Islam diperdebatkan oleh berbagai golongan, sehingga menimbulkan banyak sekali perpecahan yang dengan sendirinya menciptakan golongan – golongan yang pro dan kontra. Padahal kalau kita selidiki dengan seksama hukum yang mereka perdebatkan bukanlah sesuatu yang berkaitan dengan Aqidah, tetapi hanyalah masalah Furu’ yang memang sudah Fitrah terjadi, dan telah kita ketahui bahwa Ikhtilafu El-Ulama Rohmah .
Salah satu masalah yang sudah sering kita dengarkan perdebatannya adalah “apakah hukumnya membacakan Al-quran kepada si Mayit di atas kuburan? Dan apakah sampai pahala bacaan tersebut kepada si Mayit?”
Sebagai jawaban dari pertanyaan ini, saya dapat Ulas sebagai berikut, sepertimana yang saya baca dalam kitabnya As-Syekh Ali Jum’ah, Mufti Mesir (Al-Bayan Al-Qowym).
Para Ulama telah sepakat bahwa membaca Al-quran di atas kuburan adalah sesuatu yang boleh, bukan diharamkan, para pelakunya tidak diberi dosa. Bahkan Jumhur Ulama dari kalangan Hanafiyah, As-syafiiyah dan hanabilah sepakat tentang kesunnahannya, sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan Oleh  Anas RA secara Marfu’ ia berkata: “ sesiapa yang memasuki Perkuburan, kemudian ia membacakan surah Yasin padanya, maka diringankanlah ketika itu siksaan terhadap penghuni kubur tersebut, dan bagi yang membacakan al-quran tersebut mendapatkan pahala sebanyak bilangan penghuni kubur tersebut  (hadits ini dikeluarkan oleh Sohibu Al-Khilal dengan sanadnya, demikian itu disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni, Juz 2 Hal 225)
Dan hadits yang diriwatkan dari Ibnu Umar RA: “bahwasanya ia mewasiyatkan ketika ia nanti meninggal dan telah dikuburkan agar dibacakan disisinya surah Al-Baqoroh fatihahnya dan Khatimahnya  (hadits ini dikeluarkan oleh Sohibu Al-Khilal dengan sanadnya, demikian itu disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni, Juz 2 Hal 225)
Adapun para pengikut Malikiyah mereka berpendapat akan kemakruhan membacakan al-quran diatas kuburan, akan tetapi as-syekh Ad-Dardir RA mengatakan: “Para Ulama Mutaakhhirun dari kalangan Malikiyah berpendapat akan kebolehannya, berdzikir, dan menghadiahkan pahalanya keatas si Mayit, dan Insya Allah pahalanya akan sampai kepada simayit tersebut (Kitab As-syarhu Al-Kabir, milik al-Allamah Ad-dardir, juz 1 Hal 423)
Perkhilafan dalam masalah ini sesungguhnya sangat sedikit, dan Madzhab yang mengatakan akan kesunnahannya adalah lebih Kuat, sehingga sebagian ulama mengatakan bahwa kesunnahanya adalah Ijma’ Ulama. diantara Para ulama yang mengatakan bahwa masalah kesunnahannya telah ijma’ adalah imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisy al-Hanbaly sebagaimana ia mengatakan: “ dan siapapun dari kerabatnya yang membacakan al-quran diatas kuburnya, kemudian menghadiahkan pahala tersebut kepada si Mayit, maka Insya Allah, Allah akan menyampaikannya.”  Dan ia juga berkata: “ Sebagian Ulama mengatakan apabila dibacakan Al-quran  disisi si Mayit, dan pahalanya dihadiahkan kepada si mayit, Niscaya pahalanya teruntuk kepada yang membaca, dan seolah-olah si Mayit berada disampingnya maka Rahmat Allah diharapkan akan Menaunginya, dan menurut kami bahwa masalah ini adalah telah menjadi Ijma’ Kaum Muslimin, maka sesungguhnya kaum muslimin pada setiap qurun dan tempat berkumpul dan membacakan Al-quran terhadap si mayit mereka, dan mereka juga menghadiahkannya kepada simayit tersebut tanpa pertentangan” (kitab Al-Mughny, Imam Ibnu Qudamah, juz 2 Hal 225)
Dan As-syekh Al-Ustsmany juga mengatakan bahwa masalah kesunnahanya adalah telah Ijma’, sebagaimana ia mengatakan: “ dan para Ulama telah ijma’ bahwa Istighfar, Do’a, Shadaqoh, Haji dan memerdekakan Hamba itu bermanfaat kepada orang yang telah meninggal, dan pahalanya sampai, dan membaca al-qur’a disisi Kuburan adalah disunnahkan(kitab Rohmatul Ummah Fi Ikhtilafi Al-Aimmah, milik As-syekh Al-utsmany)
Para ulama beralasan terhadap sampainya pahala bacaan kepada si mayit, adalah bolehnya melaksanakan haji teruntuk kepada si mayit dan sampainya pahala Haji tersebut kepadanya, karena haji itu mencakup shalat, dan dalam shalat ada bacaan Al-quran seperti surah al-fatihah dan yang lain, “maka setiap yang sampai semuanya maka sampailah sebagiannya”, maka pahala bacaan Al-quran itu sampai kepada si Mayit dengan izin Alla SWT, terlebih – lebih apabila yang membaca al-quran tersebut berdoa kepada allah agar Allah memberikan seumpama pahala Al-quran yang dibacanya kepada si mayit.
Maka sebagai kesimulannya kita dapat mengatakan bahwa kebanyakan Ulama berpendapat, dan bahkan sampai ada dari mereka yang meng- Ijma’kan bahwa membaca Al-quran diatas kuburan adalah boleh hukumnya. Dan adapun masalah menghadiahkan pahala bacaan tersebut kepada si mayait apakah sampai atau tidak, maka Jumhur Ulama berpendapat pahala tersebut sampai kepada si mayit.
Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam.
Sumber: disarikan dari Fatwa As-syekh Ali Jum’ah, Mufti Negara Mesir, dari Kitabnya Al-bayan Al-qowym.

Minggu, 17 Maret 2013

Hamid Fahmi Zarkasyi : Konflik Suriah Itu Perang Sunni Versus Syi'ah














SOLO (voa-islam.com) –Direktur Institut for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi  mengatakan, konflik yang terjadi di Suriah bukanlah peperangan untuk memperebutkan sebuah wilayah atau minyak. Bukan pula konflik antara pemerintah melawan rakyat. Peperangan di Suriah adalah perang ideologi, antara Sunni dan Syiah.
“Di Suriah, terjadi pertempuran antara Sunni dan Syi’ah. Disana itu telah terjadi pembantaian yang dilakukan oleh Rezim Bashar Assad terhadap Muslim Sunni. Bashar itu Syi’ah Nushoiriyyah, lebih sesat dan kafir daripada Syi’ah (yang aslinya -red),” tegasnya.
Menurut Gus Hamid – sapaan akrabnya- apa yang dilakukan pemerintah Iran di Suriah dengan merupakan bentuk pembelaanya kepada sesama kalangan berfaham Syi’ah dan mengamankan kepentingannya di Suriah. Lebih dari itu, pemerintah Iran secara tegas  mendukung rezim Syi’ah Bashar Assad yang meneror dan membantai umat Islam Sunni di Suriah dengan mengirimkan bantuan senjata dan tentaranya untuk mengamankan pemerintahan Bashar.
“Di Suriah inikan pimpinannya Syi’ah. Sebenarnya yang terjadi di Suriah adalah, Bashar dengan  Syi’ahnya berhadapan dengan rakyatnya yang mayoritas sunni. Dan orang-orang Hizbullah (Libanon -red) itu dan pemerintah Iran diam-diam membantu Bashar. Dan tidak hanya Syi’ah di Libanon dan Iran, Syi’ah dimana-mana sekarang juga turun membantu pemerintah Bashar,” jelasnya.
Sangat disayangkan, banyak masyarakat awam, khususnya umat Islam di Indonesia, bahkan dunia menganggap negara Iran yang mayoritas berfaham Syi’ah disebut sebagai “pahlawan”. Anggapan tersebut tak lain karena sikap pemerintah Iran yang terlihat begitu “garang” dalam menentang setiap kebijakan-kebijakan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap dunia muslim.
Dan yang “membutakan” mata umat islam Indonesia dan masyarakat dunia muslim tentang siapa sejatinya pemerintah Iran yang kelihatannya membela kaum muslimin di Palestina setiap kali bumi Al Quds diserang oleh Zionis Israel. Bahkan dengan bantuan media massanya, Iran menggembar gemborkan akan menyerang dan siap bertempur dengan AS.
Namun disaat yang bersamaan, ketika rakyat Suri’ah yang mayoritas berfaham ahlu sunah atau Sunni, diteror, disiksa, diperkosa para wanitanya, dibantai anak-anak dan para orang tuanya oleh penguasa rezim Syi’ah Alawit Nushoiriyyah Bashar Al-Assad, pemerintah Iran diam seribu bahasa. Bahkan sebaliknya, Iran menuduh AS dan para pejuang Suri’ah yang menyebabkan terjadinya kekacauan di salah satu bumi Syam tersebut.
Ketua Majelis Ulama dan Intelektual Muda Indonesia (MIUMI) itu juga menilai pembelaan pemerintah Iran terhadap Palestina hanya permainan politik, retorika semata, sandiwara dan “gertak sambal” terhadap AS. “Itu hanya retorika dan politik semata. Selama ini tidak ada bantuan untuk rakyat Palestine. Yang sangat membantu Palestine itu adalah Jordan dan Saudi serta negara-negara Islam lainnya.  [Bekti]
Sumber: http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/03/16/23612/hamid-fahmi-zarkasyi-konflik-suriah-itu-perang-sunni-versus-syiah/

Astaghfirullah, Ansyaad Mbai Tuding Buku Jihad Menginspirasi Terorisme

JAKARTA (voa-islam.com) - Kapala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Ansyaad Mbai menuding pelaku perampokan Tambora, Jakbar, terkait dengan jaringan teroris.
Bahkan ia berani menyebut bagian dari kelompok Abu Umar yang berperan. Anehnya Ansyaad sendiri mengakui bahwa Abu Umar telah berada di balik jeruji besi sejak dua tahun lalu. “Dia kelompoknya Abu Umar, yang sudah dua tahun lalu masuk penjara," kata Kepala BNPT, Ansyaad Mbai, Sabtu (16/3/2013).
Tak hanya itu, Ansyaad juga kembali menstigmatisasi buku-buku jihad, padahal jihad merupakan bagian dari ajaran syariat Islam yang tak bisa dipisahkan.
"Pimpinan teroris ini, terus menyerukan untuk berjihad dan memusuhi pemerintah, menyebarkan kebencian untuk pemerintah," kata Ansyad saat berbincang.
Ansyaad mengatakan seruan jihad itu disebarkan melalui buku-buku yang ditulis di dalam penjara.
"Dalam penjara pun mereka ini terus bikin buku," ujarnya. [Widad/dtk, kps]

Sumber:http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/03/17/23619/astaghfirullah-ansyaad-mbai-tuding-buku-jihad-menginspirasi-terorisme/

KRITISI PEMBICARA, 2 MAHASISWA INDONESIA DI USIR DARI GEREJA DI AMERIKA

Dua pelajar Muslim peserta pertukaran pelajar di Perham, Minnesota, Amerika Serikat mengaku diusir dari gereja, setelah mereka mempertanyakan pembicara tamu yang mengatakan “Islam sama dengan terorisme,” lapor situs Wday.com Selasa (5/3/2013).

Dua pemuda itu, Fikri Rahmat dari Indonesia dan Elshan Mirzazade asal Azerbaijan yang tinggal dengan keluarga Mary Anderson tertarik untuk menghadiri forum publik Assembly of God setelah mendengar Walid Shoebat menjadi pembicara dalam acara tersebut.


Di Amerika Serikat, Walid Shoebat dikenal luas sebagai mantan Muslim yang murtad menjadi pemeluk Kristen, mengaku sebagai mantan teroris yang kemudian menjadi pakar anti-terorisme dan kerap menjelek-jelekkan Islam. Dia pernah berkata, “Al-Qur`an adalah hasil korupsi dari Bibel.”

Kedua pelajar berusia belasan tahun itu diusir keluar dari Gereja Assembly of God di Perham, saat sesi tanya jawab dengan Walid Shoebat sebagai pembicara.

“Kami tidak bermaksud untuk beradu argumentasi dengannya, tetapi kami ingin mengatakan kepada orang-orang bahwa apa yang dikatakannya salah,” kata Elshan, kepada stasiun televisi lokal WDay yang mewawancarainya.

“Saya menyimpulkan dalam pikiran saya bahwa dia menjadi marah karena mungkin dia takut akan kebenaran. Salah seorang temannya mendatangi kami dan berkata, 'keluar, keluar' dengan kasar kepada kami,” cerita Fikri.

Elshan menambahkan, “Mereka menggiring kami keluar dan menyuruh kami pergi dan kami berkata, 'OK, OK'. Maka ketika kami pergi, saya berteriak, 'Cara bagus untuk mempromosikan perdamaian, bravo, bravo'.”

Pihak gereja berdalih, kedua remaja itu disuruh pergi saat emosi sudah memuncak.

“Tidak ada yang diusir keluar karena mereka Muslim,” kata Dirk Currier, pastor Assembly of God.

“Dialog itu bukan dialog. [Dialog] Itu berubah menjadi semacam lomba teriak,” kata Currier.

Mary Anderson yang menjadi ibu asuh kedua pemuda Muslim tersebut mengaku kecewa.

“Saya pikir saya mengirim kedua anak itu ke rumah kasih sayang, dan saya kecewa sebab justru kebencian yang diajarkan di sana,” katanya.

Kedua pemuda itu lantas mencari tahu lebih banyak tentang Shoebat. Ternyata kredibilitas pembicara tamu yang disebut-sebut sebagai pakar anti-terorisme yang diundang Gereja Assembly of God itu diragukan.

Menurut WDay, stasiun televisi CNN dan media lainnya pernah mencari tahu kebenaran klaim Shoebat, yang mengaku Homeland Security --lembaga kemanan dalam negeri AS-- pernah memberikannya dana untuk berbicara keliling Amerika guna mengkampanyekan anti-terorisme. Pengakuan Shoebat pernah menjadi anggota Organisasi Pembebasan Palestina PLO juga dipertanyakan kebenarannya. Sementara keluarga dan temannya mengatakan, pengakuan-pengakuan palsu itu dikarang Shoebat untuk keuntungan pribadinya sendiri.

Menyusul laporan WDay mengenai dua pemuda Muslim yang diusir gereja ini, pihak stasiun televisi itu mengaku dihubungi organisasi Muslim terbesar dan disegani di Amerika, Council on American Islamic Relations (CAIR) yang berbasis di Washington DC.*




Sumber Resmi situs Wday.com

Sumber: http://www.facebook.com/pages/ISLAM-Bersatu-Muallaf-Berseru/246241695508429?ref=stream

Sabtu, 09 Maret 2013

Amerika Serikat dan Iran Ingin Bashar al-Assad Tetap Berkuasa








 

Damaskus (voa-islam.com) Perkembangan politik yang paling menarik di Timur Tengah saat ini, mengamati perilaku politik Amerika Serikat dan Iran, kaitannya dalam konflik di Suriah. Tentu, semua itu terkait dengan bagaimana kedua negara itu, mensikapi terhadap konflik yang terjadi di Suriah.
Selama ini, Amerika Serikat, melalui Presiden Barack Obama dan Menlu Hallary Clinton, selalu menegaskan sikap agar Presiden Bashar al-Assad, segera mengundurkan diri dari kekuasaan.
Amerika Serikat melalui pejabat utamanya melakukan lobbi ditingkat tinggi, diantara para pemimpin Timur Tengah, termasuk Turki, mendorong agar Bashar Al-Assad segera membentuk pemerintahan transisi, dan menyelenggarakan pemilihan umum.
Bahkan, menurut berbagai sumber, Amerika Serikat mengirimkan senjata dan sejumlah tim militer dan intelijen yang dikoordinasi oleh CIA, melakukan hubungan dengan kelompok pejuang Suriah (FSA), membantu gerakan perlawanan yang ada di dalam Suriah.
Sebaliknya, Iran dengan segala kemampuan yang dimilikinya, terus berusaha mempertahankan rezim Bashar al-Assad. Iran mengkoordinir kekuatan elemen-elemen militer Syiah di Irak, dan Lebanon, serta mengirimkan pasukan khusus Iran, Garda Republik pergi ke Suriah, membantu mempertahankan pemerintahan Bashar al-Assad.
Tetapi, sebuah pernyataan yang sangat mengejutkan, bahwa sejatinya Amerika Serikat dan Iran, tidak menginginkan Bashar al-Assad mengundurkan diri, dan ingin tetap mempertahankan Bashar al-Assad di pusat kekuasaannya.
Sebuah perkembangan yang sangat menarik, karena selama ini, banyak kalangan yang menilai adanya sikap perbedaan antara Amerika Serikat dan Iran, khususnya dalam kasus konflik di Suriah. Sebelumnya tidak diprediksi Amerika Serikat dan Iran tetap menginginkan agar Bashar al-Assad terus berkuasa.
Pernyataan yang sangat mengejutkan ini, bersumber dari pemimpin Ikhwanul Muslimin Suriah, yang secara terang-terangan menuduh, bahwa Amerika Serikat, keduanya ingin tetap mempertahankan Bashar al-Assad tetap berkuasa. "Kami tidak pernah percaya terhadap Amerika Serikat. Amerika Serikat selalu membuat standard ganda", ujar pemimpin Ikhwanul Muslimin di Suariah
    

Mohammad Riad Al-Shoqfeh, Pemimpin Ikhwanul Muslimin Suriah, mengatakan bahwa Amerika Serikat dan Iran, menegaskan bahwa Amerika Serikat dan Iran terus melakukan tekanan yang sangat keras, agar berunding dengan Bashar al-Assad, tegasnya. Amerika Serikat dan Iran tidak  menginginkan Bashar al-Assad pergi dari Suriah, tambahnya.
"Amerika Serikat dan Iran benar-benar ingin  Bashar al-Assad tetap berasa di Suriah, dan menempatkan kami bawah tekanan. Tapi kami tidak akan pernah datang membuat perjanjian dengan al-Assad. Kami akan berjuang sampai titik darah terakhir melawan al-Assad" kata Al-Shoqfeh.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Anadolu Agency Al-Shoqfeh juga menilai sumbangan Amerika Serikat kepada warga sipil Suriah sangat kecil. "Kami tidak percaya terhadap Amerika Serikat. Amerika Serikat membuat pernyataan yang menyatakan dukungan terhadap para pejuang Suriah, tetapi  tidak pernah merealisasikan kata-katanya", tambah Al-Shoqfeh.
Al-Shoqfeh menggarisbawahi Ikhwanul Muslimin tidak akan pernah melakukan negosiasi dengan Al-Assad.
"Mereka ingin perang di Suriah terus berlanjut sesuai dengan keinginan Israel, negara-negara Barat, dan jangan berharap adanya campur tangan dari luar, mngatasi krisis di Suriah. Mereka akan membiarkan terus konflik di Suriah. Karena mereka bertujuan menjamin keamanan Zionis-Israel", ungkap Al-Shoqfeh.

Al-Shoqfeh menilai perang di Suriah ini akan terus berlanjut, sampai jangka waktu yang panjang, dan masing kekuatan lumpuh, baik pemerintahan Bashar al-Assad, dan para pejuang Islam juga tidak akan dapat mewujudkan impian mereka di Suriah dengan membentuk negara Islam.
Barat akan terus memasok senjata kepada pejuang Suriah dalam jumlah terbatas, dan membiarkan perang di Suriah, tanpa ada pemenangnya,dan semuanya menuju kehancuran, dan tidak lagi memiliki kekuatan militer yang efektif, pasca Bashar al-Assad, dan saat itu baru Barat, Israel, Rusia serta Iran berunding menentukan menentukan model pemerintahan baru Suriah, tentu yang tidak membahayakan bagi keamanan Zionis-Israel.
Amerika Serikat, Rusia, Israel dan Iran akan berlomba membantu kedua belah fihak yang berperang. Ini tujuannya melumpuhkan secara total bagi kekuatan-kekuatan baru di Suriah, khususnya kekuatan Islam, yang akan mengambil kekuasaan, dan dengan kemampuan yang sudah lumpuh. Akibat perang yang berkepanjangan.

Amerika Serikat, Rusia, Israel dan Iran, nampaknya telah membuat konsensus, model pemerintahan baru di Suriah, yang moderat, tidak membahayakan keamanan Israel. Karena, Suriah memiliki perbatasan langsung dengan Israel. Sementara itu, Iran tetap pemerintahan baru pasca Bashar Al-Assad pemerintahan yang multi politik, termasuk mencakup kekuatan Syiah Alawiyyin, yang selama ini menjadi sekutu utama Iran.
Perang di Suriah terus dikelola dengan sangat baik oleh Amerika Serikat, Rusia, Israel, dan Iran, agar tidak akan kekuatan yang menjadi pemenang dan menentukan masa depan Suriah secara mutlak. Penguasa baru di Suriah nantinya, siapapun mereka, harus dibawah kendali Amerika Serikat, Rusia, Israel dan Iran.
Itulah yang menyebabkan mengapa perang di Suriah terus berlarut menuju titik kehancuran total, dan tingkat korban yang sangat luar biasa besar. Tak kurang sudah lebih 100.000  korban yang tewas. Tetapi, belum ada tanda-tanda perang akan berakhir. Karena memang Amerka Serikat, Rusia, Israel, dan Iran tidak menghendaki perang berakhir di Suriah. Wallahu'alam.
Sumber:http://www.voa-islam.com/news/opini/2013/03/07/23520/amerika-serikat-dan-iran-ingin-bashar-alassad-tetap-berkuasa/

Awas!!! 'Dahsyat' RCTI Hina Islam, Sebut Islam Pro Setan


 

JAKARTA (voa-islam.com) – Sangat disayangkan, pernyataan Chef Renne Tanjung yang menyebut kata majemuk ‘Islam Prosetan’ pada tayangan “Dahsyat” RCTI, 24 Desember 2012 lalu, telah menghina Islam. Program acara Dahsyat yang disiarkan RCTI harus dihentikan dan dibubarkan.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat telah menyampaikan hasil penilaian Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke RCTI terkait penayangan Program Siaran “Dahsyat” tanggal 24 Desember 2012 dalam adegan yang menyebutkan kata “Islam Prosetan”. Penilaian Majelis Ulama Indonesia terlampir berdasarkan permintaan KPI Pusat pada surat No. 40/K/KPI/01/13 tertanggal 16 Januari 2013 dan surat No. 137/K/KPI/03/13 tertanggal 4 Maret 2013 seperti dilansir kpi.go.id.
Hasil penilaian Majelis Ulama Indonesia dalam surat No. B-78/MUI/III/2013 tertanggal 4 Maret 2013 (surat terlampir) atas pogram melengkapi isi surat sanksi administratif penghentian sementara KPI No. 138/K/KPI/03/13 tertanggal 5 Maret 2013.

KPI meminta, surat sanksi administratif KPI dan hasil penilaian MUI menjadi bahan evaluasi internal RCTI untuk memperbaiki program tersebut di masa mendatang.

Adapun penilaian MUI terhadap pelanggaran di dalam acara “Dahsyat” yakni dengan mempertimbangkan beberapa ayat Al Qur’an dan hadits yang mengadung pengertian betapa buruknya kata “Syaitan” (Setan). Ayat-ayat Al Qur’an yang dikutip yakni QS. Annisa’/4:119-120, QS. Al Baqarah/2:168-169, QS. Albaqarah/2:208, QS. Annisa’/4:38, QS. Al-An’am/6:142, dan QS. Al-A’raf/7:22. Sedangkan hadits nabi yang dikutip yakni Shahih Muslim, hadits ke-587, juz I halaman 146.
Menurut kesimpulan dengan memperhatikan hal-hal di atas, MUI berpendapat penggunaan kata majemuk “Islam prosetan” adalah tidak benar dan buruk. Islam sama sekali tidak prosetan, bahkan berseberangan.

Diakhir suratnya, MUI merekomendasikan, menghendaki lembaga penyiaran yang memberi kesempatan tampilnya kata majemuk tersebut diberi sanksi sesuai dengan peraturan perundangan. Kemudian untuk menghindari kesalahan sejenis terjadi lagi, MUI meminta setiap program harus direkam lebih dulu agar lembaga penyiaran terlebih dahulu melakukan penyensoran.
Ketua DPD Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta, Habib Salim Alatas atau Habib Selon, (8/3/2013) menilai, "Acara Dahsyat RCTI telah berkali-kali melecehkan Islam. Pernyataan ‘Islam prosetan’ itu menjadi puncaknya. FPI menuntut pembubaran acara Dahsyat RCTI,” tegas Habib Selon.
Habib Selon juga mendesak menejemen RCTI agar segera menghentikan acara musik Dahsyat, karena Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyatakan acara Dahsyat, 24 Desember 2012, menodai Islam.
“Jika RCTI tetap menyiarkan Dahsyat dan melecehkan teguran KPI serta rekomendasi MUI, FPI akan turun tangan menghentikan dan membubarkan Dahsyat,” pungkas Habib Selon.
Di surat sanksi KPI dijelaskan pelanggaran yang dilakukan program Dahsyat yakni ditayangkannya adegan Raffi Ahmad bertanya kepada  bintang tamu, Chef Renne Tanjung, “Kamu Natal nggak?” dan kemudian Chef Renne menjawab: “Nggak!” Lalu Raffi bertanya, “Kamu nggak Natal ya?” Chef Renne menjawab, “Nggak, saya Islam prosetan.”
Hal itu menjadi kesimpulan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait pernyataan bintang tamu Chef Renne, saat menjawab pertanyaan presenter Dahsyat, Raffi Ahmad. Penayangan adegan yang menyebutkan Islam prosetan itu, dikategorikan sebagai pelanggaran atas penghormatan terhadap nilai-nilai Islam serta perlindungan untuk anak dan remaja.
Hasil penilaian MUI dalam surat No. B-78/MUI/III/2013 tertanggal 4 Maret 2013, melengkapi isi surat sanksi administratif penghentian sementara KPI No. 138/K/KPI/03/13 tertanggal 5 Maret 2013. [Desastian/salam-online]
Sumber:  http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/03/09/23539/awas-dahsyat-rcti-hina-islam-sebut-pro-setan/