Syekh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al-Fadani lahir di kota Mekah 
pada tahun 1915 dan wafat pada tahun 1990. beliau adalah ulama besar 
yang pernah sekolah di Madrasah Shaulatiyyah. Beliau adalah pencetus ide
 berdirinya Madrasah Darul-Ulũm sekaligus menjadi murid pertama madrasah
 itu.
 Konon sebab tercetusnya ide membangun Madrasah tersebut 
disebabkan karena tindakan dan perlakuan direktur Madrasah Shaulatiyyah 
yang sangat menyinggung (hususnya) pelajar yang kebanyakan dari Asia 
Tenggara saat itu. Hal ini terbukti dengan berpindahnya 120 orang 
pelajar dari Shaulatiyyah ke Madrasah Darul-Ulum yang baru didirikan. 
Ini hampir tidak pernah dialami oleh Madrasah-madrasah yang baru dibuka 
mendapat murid yang begitu banyak sebagaimana Darul-Ulũm.
 Dalam 
sebuah situs(1) dinyatakan bahwa pada tahun 1934, karena suatu konflik 
yang menyangkut kebanggaan nasional orang Indonesia, guru dan murid 
‘Jawah’ telah keluar dari Shaulatiyah dan mendirikan madrasah Darul Ulum
 di Makkah.
 Mengenai kesehari-harian beliau, dari cerita yang 
saya dengar dari ayah saya, yaitu Ustaz Sukarnawadi H. Husnuddu’at: 
“Syekh Yasin orangnya santai, sederhana, tidak menampakkan diri, sering 
muncul menggunakan kaos biasa, sarung, dan sering nongkrong di “Gahwaji”
 untuk Nyisyah (menghisap rokok arab)… tak seorangpun yang berani 
mencela beliau karena kekayaan ilmu yang beliau miliki… Yang ingkar 
kepada beliau hanyalah orang-orang yang lebih mengutamakan tampang zahir
 daripada yang bathin…
 PUJIAN PARA ULAMA:
 Syekh Zakaria 
Abdullah Bila teman dekat pendiri Nahdlatul Wathan yaitu Syekh M. 
Zainuddin pernah berkata, “waktu saya mengajar Qawa’idul-Fiqhi di 
Shaulatiyyah, seringkali mendapat kesulitan yang memaksa saya membolak 
balik kitab-kitab yang besar untuk memecahkan kesulitan tersebut. Namun 
setelah terbit kitab Al-Fawa’idul-Janiah karangan Syekh Yasin… menjadi 
mudahlah semua itu, dan ringanlah beban dalam mengajar.
 Seorang 
ahli Hadits bernama Sayyid Abdul Aziz Al-Qumari pernah memuji dan 
menjuluki beliau sebagai kebanggaan Ulama Haramain dan sebagai 
Muhaddits.
 Doctor Abdul Wahhab bin Abu Sulaiman (Dosen Dirasatul 
‘Ulya Universitas Ummul Qura) di dalam kitab: الجواهر الثمينة في بيان 
أدلة عالم المدينة berkata: Syekh Yasin adalah Muhaddits, Faqih, Mudir 
Madrasah Darul-Ulum, pengarang banyak kitab dan salah satu Ulama Masjid 
Al-Haram…
 Syekh Umar Abdul-Jabbar berkata didalam surat kabar 
Al-Bilad (jumat 24 Dzulqaidah 1379H/ 1960M): “…bahkan yang terbesar dari
 amal bakti Syekh Yasin adalah membuka madrasah putri pada tahun 1362H. 
Dimana dalam perjalanannya selalu ada rintangan, namun beliau dapat 
mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan…
 Assayyid 
Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ahdal sebagai Mufti negeri 
Murawah Yaman saat itu, mengarang sebuah syiir yang panjang husus untuk 
memuji Syekh Yasin Al-Fadani Berikut saya nukilkan satu bait saja yang 
berbunyi:
 أنت في العلم والمعاني فريد…… وبعقد الفخار أنت الوحيد
 “Engkau tak ada taranya dalam ilmu dan hakekat, Dibangun orang kejayaan kaulah satu-satunya yang jaya”
 Doctor Yusuf Abdurrazzaq sebagai dosen kuliah Ushuluddin Universitas 
Al-Azhar cairo juga memuji beliau dengan perkataan dan syiir yang 
panjang, saya nukilkan satu bait saja yang bunyinya:
 أنت فينا بقية من كرام……لا ترى العين مثلهم إنسانا
 “Engkau di tengah kami orang terpilih dari orang terhormat, tak pernah mata melihat manusia seumpama mereka.”
 Ustaz Fadhal bin M. bin Iwadh Attarimi-pun berkata:
 فيا طالب العلم لب نداء……ياسين وافرح بهذا القرى
 “Wahai pencari ilmu sambutlah panggilan Yasin, bergembiralah dengan sajian yang ia sajikan,”
 Doctor Ali Jum’ah yang menjabat sebagai Mufti Mesir dalam kitab Hasyiah
 Al-Imam Al-Baijuri Ala Jauharatittauhid yang ditahqiqnya, pada halaman 8
 mengaku pernah menerima Ijazah Sanad Hadits Hasyiah tersebut dari Syekh
 Yasin yang digelarinya sebagai مسند الدنيا Musnid Addunia…
 
Al-Habib Assayyid Segaf bin Muhammad Assagaf seorang tokoh pendidik di 
Hadramaut (pada tahun 1373H) menceritakan kekaguman beliau terhadap 
Syekh Yasin, dan menjulukinya sabagai “Sayuthiyyu Zamanihi”. Beliau juga
 mengarang sebuah syiir untuk memuji beliau, berikut saya nukilkan dua 
bait saja yang bunyinya sebagai berikut:
 لله درك يا ياسين من رجل……أم القرى أنت قاضيها ومفتيها
 في كل فن وموضوع لقد كتبا ……يداك ما أثلج الألباب يحديها
 “Bagus perbuatanmu hai Yasin engkau seorang tokoh,
 dari Ummul Qura engkau Qhadi dan Muftinya.”
 “Setiap pandan judul ilmu tertulis dengan dua tanganmu,
 Alangkah sejuknya akal pikiran rasa terhibur olehnya.”
 Assayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki sebagai guru Madrasah Al-Falah dan 
Masjid Al-Haram, Syekh M. Mamduh Al-Mishri dan Al-Habib Ali bin Syekh 
Balfaqih Siun Hadramaut dan Ulama lainnya, pernah memuji 
karangan-karangan beliau…
 Doctor Yahya Al-Gautsani bercerita, 
pernah ia menghadiri majlis Syekh Yasin untuk mengkhatam Sunan Abu Daud.
 Ketika itu hadir pula Muhaddits Al-Magrib Syekh Sayyid Abdullah bin 
Asshiddiq Al-Gumari dan Syekh Abdussubhan Al-Barmawi dan Syekh 
Abdul-Fattah Rawah.
 H.M.Abrar Dahlan berkata: “yang membuat 
beliau lepas dari sorotan publikasi ialah karena ia telah menjadi 
lambang Ulama Saudi yang “bukan Wahabi” yang tersisa di Makkah. Walaupun
 begitu ia diakui juga oleh ulama Wahabi sebagai Ulama yang bersih dan 
tidak pernah menyerang kaum Wahabi… Seorang tokoh agama Najid dari 
Ibukota Riyadh (Pusat Paham Wahabi) yaitu Jasim bin Sulaiman Addausari 
pada tahun 1406H pernah berkata:
 أبلغوا مني سلاما من صبا نجد……ذكيالأبي الفيض فداني
 مسند الوقت بعيد عن نزول……هابط أما لما يعلو فداني
 فدى أسر الروايات فلوتنطق……لقالت: علم الدين فداني
KARYA TULIS & MURID-MURID BELIAU:
 Jumlah karya beliau mencapai 97 Kitab, di antaranya 9 kitab tentang 
Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul fiqih, 36 buku tentang ilmu
 Falak, dan sisanya tentang Ilmu-ilmu yang lain…
 Di antara 
murid-murid yang pernah berguru dan mengambil Ijazah sanad-sanad Hadits 
dari beliau adalah Al-Habib Umar bin Muhammad (Yaman), Syekh M. Ali 
Asshabuni (Syam), Doctor M. Hasan Addimasyqi, Syekh Isma’il Zain 
Alyamani, Doctor Ali Jum’ah (Mesir), Syekh Hasan Qathirji, Tuan Guru H. 
M. Zaini Abdul-Ghani (Kalimantan) dll… 
 Dan di antara murid-murid 
beliau yang di samping mengambil Sanad Hadits, mendapatkan Ijazah ‘Ammah
 dan Khasshah, juga diberi izin untuk mengajar di Madrasah Darul-Ulum 
adalah: H. Sayyid Hamid Al-Kaff, Dr. Muslim Nasution, H.Ahmad Damanhuri,
 H.M.Yusuf Hasyim, H.M. Abrar Dahlan, Dr. Sayyid Aqil Husain Al 
Munawwar, Ayah saya sendiri yaitu Ustaz Sukarnawadi KH. Husnuddu’at dll…
 Ayah saya pernah bercerita, seseorang bernama H.Abdul-Aziz asal 
Jeruwaru Lombok NTB pernah mendatangi Syekh Yasin untuk meminta bai’at, 
izin serta restu untuk menjadi Mursyid Thariqat Naqsyabandiyyah… ketika 
itu Syekh Yasin memberi satu syarat, yaitu, ayah saya harus turut 
dibai’at, karena ayah saya di samping menjadi Guru yang lama mengajar di
 Madrasah Darul-Ulum, (dari tahun 1978 sampai 1990) juga sebagai salah 
satu dari sekian murid yang selalu diberikan bimbingan dan perhatian 
khusus… maka yang mendapat izin dari beliau untuk menjadi Mursyid 
Thariqat Naqsyabandiyyah yang berasal dari Lombok saat itu hanyalah Ayah
 saya dan H.Abdul Aziz…
 Ayah saya sebagai warga, bahkan tokoh NW 
(ketika pulang ke lombok) menceritakan hal itu kepada pendiri Nahdlatul 
Wathan, yaitu Syekh M. Zainuddin, dan beliaupun tidak mengingkari hal 
tersebut, bahkan beliau merestui, memberikan Ijazah dan doa yang khusus 
serta harapan agar di samping itu tetap berjuang membela NW…
 KEKERAMATAN BELIAU:
 Seseorang bernama Zakariyya Thalib asal Syiria pernah mendatangi rumah 
Syekh Yasin Pada hari jumat. Ketika Azan jumat dikumandangkan, Syekh 
Yasin masih saja di rumah, ahirnya Zakariyya keluar dan solat di masjid 
terdekat. Seusai solat jum’at, ia menemui seorang kawan, Zakariyyapun 
bercerita pada temannya bahwa Syekh Yasin ra. tidak solat Jum’at. Namun 
dibantah oleh temannya karena kata temannya, “kami sama-sama Syekh solat
 di Nuzhah, yaitu di Masjid Syekh Hasan Massyat ra. yang jaraknya jauh 
sekali dari rumah beliau”…
 H.M.Abrar Dahlan bercerita, suatu hari
 Syekh Yasin pernah menyuruh saya membikin Syai (teh) dan Syesah (yang 
biasa diisap dengan tembakaudari buah-buahan/rokok teradisi bangsa 
arab). Setalah saya bikinkan dan syekh mulai meminum teh, saya keluar 
menuju Masjidil-Haram. Ketika kembali, saya melihat Syekh Yasin baru 
pulang mengajar dari Masjid Al-Haram dengan membawa beberapa kitab… saya
 menjadi heran, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang 
beliau baru pulang dari masjid.
 Dikisahkan ketika K.H.Abdul Hamid
 di Jakarta sedang mengajar dalam ilmu fiqih “bab diyat”, beliau 
menemukan kesulitan dalam suatu hal sehingga pengajian terhenti 
karenanya… malam hari itu juga, beliau menerima sepucuk surat dari Syekh
 Yasin, ternyata isi surat itu adalah jawaban kesulitan yang 
dihadapinya. Iapun merasa heran, dari mana Syekh Yasin tahu…? Sedangkan 
K.H.Abdul Hamid sendiri tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang 
kesulitan ini..!
 Ketika ayah saya tamat Darul-Uulum (Aliah), 
beliau dilarang oleh Syekh Yasin untuk melanjutkan studinya di 
Universitas manapun, ayah saya diperintahkan untuk mengabdi di 
Darul-Ulum. Sedangkan mata pelajaran yang pernah dipegang oleh ayah saya
 sejak tahun 1978 hingga 1990 adalah Hadits, Fiqih, Tauhid, Tarikh dan 
Geografi. Di samping itu Syekh Yasin pernah berdo’a untuk ayah saya agar
 menjadi seorang penulis… kekeramatan do’a beliau dapat dirasakan 
sendiri oleh ayah saya. 
 Walaupun sibuk dalam pekerjaannya 
sebagai guru dan pegawai di kantor, namun beliau selalu menyempatkan 
diri untuk menulis. Dan kini tulisan beliau sudah mencapai 24 judul. 
Yang sudah dicetak sampai saat ini baru 12 judul saja… Ayah saya berkata
 pada saya, “ini berkat do’a restu Syekh Yasin dan Syekh Zainuddin” Oleh
 karena itu Ayah saya berpesan agar kami di Mesir, juga mencari seorang 
guru yang benar-benar pewaris Nabi, agar mendapatkan barokah do’a restu 
serta barokah ilmunya…
 H.Mukhtaruddin asal Palembang bercerita, 
pernah ketika pak Soeharto sedang sakit mata, beliau mengirim satu 
pesawat khusus untuk menjemput Syekh Yasin. Ahirnya pak Soehartopun 
sembuh berkat do’a beliau. Kisah ini selanjutnya didengar sendiri oleh 
ayah saya dari Syekh Yasin.
 Semoga Allah swt. merahmati beliau, amin ya Rabbal-Alamin.
 Wallahu a'lam Bisshowab.
 H. A. Abdullah, Pengurus PCINU Libiya 
 sumber Foto: wikipedia