Bulan dzulhijjah adalah salah satu bulan yang mulia diantara bulan-bulan yang lain, yang mana di bulan ini Allaw SWT. mewajibkan orang-orang yang berkesanggupan untuk melaksanakan ibadah haji. bulan dzulhijjah juga termasuk salah satu dari waktu-waktu yang dianjurkan untuk banyak melaksanakan ibadah dan amalan-amalan sunnah. Rasululloh SAW. pernah bersabda bahwa Sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah adalah termasuk daripada waktu-waktu yang diutamakan, sebagaimana sebuah hadits yang terdapat di Kitab Shahih Al-Jami' As-shagir No.1133:
"Hari-hari yang paling utama di dunia adalah sepuluh hari (pertama bulan Dzulhijjah)"
Demikianlah Nabi kita Muhammad SAW. menerangkan kedudukan sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah. Dan kini hari-hari itu telah di depan
mata, lantas apa yang akan kita lakukan? Akankah kita membiarkannya berlalu begitu saja? Atau kita mengisi waktu-waktu itu dengan
perkara yang bermanfaat untuk kita sesuai yang dihimbau dan dianjurkan oleh Allah SWT. dan Rasul-Nya?
Keutamaan sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah
Keterangan mengenai keutamaan sepuluh
hari pertama Bulan Dzulhijjah bisa kita dapati di dalam ayat Al Qur’an
maupun di dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman dalam surat Al Fajr ayat 2 "وَلَيَالٍ عَشْرٍ" (yang artinya),
“Dan demi malam yang sepuluh.”
Para ahli tafsir menjelasakan bahwa diantara makna ‘malam yang sepuluh’ pada ayat tersebut adalah sepuluh hari pertama bulandzulhijjah.
Dalam Tafsir Juz ‘Amma dikatakan makna sepuluh malam terakhir tersebut
adalah sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah. Memaknai kata ‘malam’
dengan makna ‘hari’ bukanlah penafsiran yang aneh karena dalam bahasa
arab terkadang kata ‘malam’ memang bisa dimaknai dengan ‘hari’, dan kata
‘hari’ terkadang bisa dimaknai dengan ‘malam’. Perlu diketahui, Allah
tidaklah memilih sesuatu yang digunakan untuk bersumpah kecuali sesuatu
yang memiliki keutamaan atau keagungan. Dan di dalam ayat tersebut,
Allah menggunakan sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah untuk bersumpah.
Maka ini menunjukkan keutamaan dan keagungan sepuluh hari pertama Bulan
Dzulhijjah.
Adapun di antara hadits yang menunjukkan
tentang keutamaan sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah adalah hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ
هَذِهِ الأَيَّامِ . يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى
سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ
يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari dimana amal shalih
pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari yang sepuluh ini
(yaitu sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya:
“Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat
jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Bukhori)
Di antara penyebab diutamakannya sepuluh
hari pertama Bulan Dzulhijjah adalah karena di dalamnya terdapat hari
Arofah (tepatnya pada 9 Dzulhijah). Hari Arofah adalah hari yang sangat
mulia di dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Di antara hari yang Allah banyak
membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arafah (yaitu untuk
orang yang berada di Arafah). Dia akan mendekati mereka lalu akan
menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah
berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR Muslim)
Amalan yang dianjurkan di sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah
Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja,
tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa
shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan sholih lainnya.
Diantar a amalan-amalan yang dianjurkan disepuluh awal bulan dzulhijjah adalah sebagai berikut:
Pertama: Memperbanyak Shaum (Puasa).
Menurut penuturan para Istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
biasa melakukan puasa pada sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah, dan
ini menjadi kebiasaan rutin beliau. Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan dari Hunaidah bin Kholid, bahwasanya
istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah” (HR. Abu Daud).
Di antara puasa-puasa pada sepuluh hari
tersebut ada puasa yang dinamakan dengan puasa Arofah. Puasa Arofah
adalah puasa yang dilaksanakan bertepatan dengan waktu wukufnya para
jamaah haji di Arofah. Berpuasa pada hari Arofah adalah amalan yang
sangat besar keutamaannnya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Puasa Arofah dapat menghapuskan
dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (sepuluh
Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)
Dan perlu diingat, anjuran untuk
melakukan puasa Arofah hanyalah bagi kaum muslimin yang tidak
melaksanakan haji. Adapun bagi yang sedang berhaji maka puasa tersebut
tidak dianjurkan.
Kedua: Memperbanyak berdzikir.
Allah SWT. Berfirman,
“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan. ” (QS. Al-Hajj: 28 )
Imam Bukhari di dalam Shahihnya menukilkan dari Ibnu Abbas Ra. bahwasanya ia menafsirkan “hari yang telah ditentukan” adalah
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Dan Nabi SAW. juga
bersabda untuk menguatkan keutamaan dzikir di waktu-waktu ini: “Tidak ada
hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal di dalamnya lebih Dia
cintai melebihi sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini. Karena itu,
perbanyaklah di waktu-waktu ini tahlil, takbir dan tahmid. ”(HR. Ahmad no. 5446)
Juga termasuk kebiasaan salafussalih, tatkala mereka memasuki bulan
Dzulhijjah mereka biasa mengumandangkan dzikir di rumah, masjid, pasar
dan tempat kerja mereka.
Selain itu, waktu yang lebih dianjurkan lagi untuk memperbanyak dzikir
pada sepuluh hari ini yaitu ketika memasuki hari Arafah yakni tanggal 9
Dzulhijjah.
Imam An-nawawi berkata di dalam kitabnya al-Adzkar, Halaman 389:
“Ketahuilah, bahwasanya disukai untuk memperbanyak dzikir di sepuluh
hari ini melebihi dzikir di waktu lainnya. Dan dari sepuluh hari itu
disukai untuk memperbanyak dzikir ketika hari Arafah melebihi dzikir di
hari-hari lain di sepuluh hari itu. ”
Ketiga: Memperbanyak berdo'a
Rasulullah SAW. bersabda: خير الدّعاء دعاء يوم عرفة
"sebaik-baik do'a adalah do'a di hari a'rafah" (HR. Tirmidzi no. 3585)
Allah Subhana wa Ta'ala. telah menjanjikan di dalam kitab suci al-qur'an bahwa ia akan mengabulkan do'a dari setiap hambaNya yang berdo'a kepadanya, sebagaimana Firmannya di dalam Al-qur'an (Qs. Al-baqoroh 186):
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ”
dan apabila kita memperbanyak berdo'a di hari-hari yang dimuliakan dan diutamakan maka tentu akan lebih baik dan akan semakin dekat untuk diijabah oleh Allah SWT.
Keempat: Melaksanakan Shalat Ied.
Shalat i'ed adalah amalan yang begitu agung dan mulia, Rasululloh SAW. sangat menganjurkan ummatnya untuk sama-sama berjam'ah melaksanakan shalat I'ed ini, sampa-sampai wanita yang sedang haid pun di perkenankan untuk menghadiri dan menyaksikannya. karena shalat i'ed merupakan salah satu shalat yang memperlihatkan keagungan dan kebesaran islam dan juga memperlihatkan persatuan Ummat islam.
Ummu ‘Athiyyah Ra. menjelaskan tentang perintah Rasulullah SAW itu. Ia berkata, “Kami
(para wanita) diperintahkan untuk keluar di hari ‘ied. Sampai–sampai
kami juga diperintahkan untuk mengeluarkan gadis dari tempat pingitannya
dan juga wanita-wanita haid. Mereka ditempatkan di belakang orang-orang
yang shalat. Mereka pun bertakbir bersama para jamaah shalat ied dan
berdoa pula bersama mereka. Mereka mengharapkan berkah dan kesucian hari
itu. ” (HR. Bukhari no. 928)
Kelima: Banyak melaksanakan amalan-amalan shalih
Dianjurkan pula untuk mengamalkan ibadah-ibadah sunnah lainnya seperti :
memperbanyak shalat sunnah, bersedekah, membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf
nahi munkar dan lain sebagainya, sebab amalan-amalan tersebut pada
sepuluh hari tersebut akan dilipatgandakan pahalanya. Tentu selama
amalan itu ikhlas karena Allah dan dituntunkan oleh Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keenam: Melaksanakan Ibadah Qurban
Berkurban merupakan sunnah Nabi Ibrahim As. yang telah Allah SWT. syariatkan untuk umat ini. Dan Allah pun telah menjadikannya
termasuk amalan utama yang ada di sepuluh hari penuh berkah ini. Karena
itu, berkurban merupakan amalan yang begitu penting di dalam islam.
Saking pentingnya, sampai-sampai Nabi kita SAW. bersabda:
من كان له سَعَةٌ ولم يُضَحِّ فلا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
“Siapa yang memiliki kemampuan lalu tidak berkurban, maka hendaknya ia jangan mendekati mushala kami. ” (HR. Ibnu Majah no. 3123)
Ketujuh: Melaksanakan Ibadah haji dan Umroh
Haji termasuk amalan utama yang dikerjakan di sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah. Bahkan, itu merupakan kekhususan yang ada pada 10 hari
penuh berkah ini. Nabi SAW. bersabda, “Rangkaikanlah
antara haji dan umrah. Karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa,
sebagaimana api menghilangkan karat di besi, emas dan perak. ”(HR. Tirmidzi no. 810)
Dan Nabi SAW. telah menyebutkan keutamaan haji yang mabrur. Beliau SAW. bersabda:
العمرة إلى العمرة كفّارة لما بينهما والحجّ المبرور ليس له جزاء إلا الجنّة
“Umrah ke umrah merupakan penghapus dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasan atasnya melainkan surga. ” (HR. Bukhari no. 1683 dan Muslim no. 1349)
Kedelapan: Melaksanakan Puasa Tarwiyah
Ada riwayat yang menyebutkan,
صَوْمُ يَوْمَ التَّرْوِيَّةِ كَفَارَةُ سَنَة
“Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.”
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini
tidak shahih.Imam Asy Syaukani mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih
dan dalam riwayatnya ada perowi yang pendusta. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini dho’if (lemah).
Oleh karena itu, tidak perlu berniat
khusus untuk berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah karena hadisnya dha’if
(lemah). Namun jika berpuasa karena mengamalkan keumuman hadits shahih
yang menjelaskan keutamaan berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah,
maka itu diperbolehkan. Wallahu a’lam.
Penutup
Demikian beberapa amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan dan diperbanyak di sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah, di Dalam al-qur'an surah Al-fajr ayat kedua Allah SWT. berfirman yang artinya: "dan demi hari-hari yang sepuluh". kita telah ma'lum bahwa Allah SWT. tidak akan bersumpah dengan sesuatu kecuali karena keutamaanya, maka begitu mulia hari-hari ini, dan sangat disayangkan kalau kita tidak memanfa'atkannya dengan sebaik-baiknya. bulan dzulhijjah hanya sekali dalam setahun, belum tentu di tahun-tahun berikut kita masih mendapatinya lagi, maka janganlah kita menyia-nyiakannya.
Wallahu A'lam
Sumber: dikumpulkan dan disarikan dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar